Ilustrasi: seorang wisatawan melakukan transaksi pembayaran tunai dengan pedagang makanan di kawasan Malioboro Yogyakarta. (dok. kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Anggota DPR RI, Subardi mengusulkan agar kawasan pariwisata, termasuk di Yogyakarta menerapkan digitalisasi pariwisata.
Usulan tersebut disampaikan Subardi menyusul adanya unggahan video netizen yang viral soal harga kuliner “nuthuk” di kawasan Malioboro, baru-baru ini.
“Perilaku nuthuk harga bisa saja terjadi di industri wisata, karena ulah oknum nakal. Solusinya, layanan pariwisata perlu transformasi dengan berbasis digital,” kata politisi Nasdem DIY ini, di Gondokusuman, Yogyakarta, Minggu (30/5/2021).
Menurutnya, melalui digitalisasi pariwisata, salah satunya dengan menerapkan transaksi non tunai akan mencegah terjadinya pungutan liar ataupun harga tak wajar, baik di parkiran maupun di warung-warung makan.
Pihaknya mengungkapkan, selama ini, salah satu bank milik Pemda memang telah menerapkan transaksi elektronik di kawasan wisata Yogyaakrta, malalui aplikasi Qris Ultimate Automated Transaction (QUAT). Hanya saja, aplikasi tersebut masih sebatas untuk pembelian tiket, souvenir, serta aneka kuliner dan belum berlaku di seluruh DIY.
Oleh karena itu, pihaknya berharap, cakupan layanan aplikasi itu diperluas sehingga bisa turut memperbaiki manajemen pariwisata di Yogyakarta. Selain itu, pihaknya juga mendorong agar Pemda DIY gencar melakukan sosialisasi guna menyukseskan layanan digital ini. Mengingat, banyak pelaku wisata yang belum terbiasa dengan penggunaan teknologi tersebut.
“Sistem ini bisa meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata. Uang yang masuk tidak akan bocor, karena semua transparan, dan terinput secara rinci sehingga tidak ada permainan harga,” anggapnya.
Sementara terkait dengan adanya penjual makanan yang nuthuk harga di Malioboro, Subardi menyakini bahwa pelakunya bukan dari anggota paguyuban, sebab mereka sangat menjaga reputasi kawasan pariwisata tersebut. (Ed-01)