Ternyata Ini Alasan Aliansi Mahasiswa Papua Gelar Peringatan 47 Tahun PEPERA di Yogya

Jumpa pers terkait aksi Papua, di Mapolresta Yogyakarta, Selasa (19/7/2016). (sutriyati/kabarkota.com)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dari Yogyakarta, Semarang, Salatiga, dan Solo, baru-baru ini menggelar Peringatan 47 Tahun di Yogyakarta yang pada akhirnya dibatalkan oleh pihak Polresta Yogyakarta dan menjadi sorotan publik, tak hanya dalam negeri tetapi juga masyarakat internasional.

Bacaan Lainnya

Yang menjadi partanyaan kemudian, mengapa rangkaian kegiatan yang dimulai dari 12 – 16 Juli 2016 tersebut digelar di Yogyakarta dan bukan di kota lain?
Menjawab pertanyaan itu, Juru Bicara Persatuan Rakyat untuk Pembebasan Papua Barat (PRPPB), Roy Karoba yang juga tergabung dalam AMP menjelaskan, berdasarkan rangkaian sejarah, Yogyakarta berperan besar dalam memasukkan Papua menjadi bagian dari Indonesia.

“Trikora itu ddeklarasikan di alun-alun utara dan disetujui Sultan HB IX. Jadi kalau dikatakan kami menggelar kegiatan di Yogyakarta tdak beralasan itu tidak benar,” ungkapnya kepada wartawan, di asrama Papua Kemasan Yogyakarta, Selasa (19/7/2016).

Sementara, menyangkut pembatalan rancana aksi long march dari asrama Kemasan ke titik nol KM Yogyakarta, pada puncak peringatan PEPERA, 15 Juli lalu, menurut Roy, semata karena tidak adanya ijin dari pihak kepolisian karena alasan waktu permohonan yang terlalu mepet.

“Kegiatan-kagiatan kami dibatalkan dengan alasan yang tidak logis. Karena dia bilang surat ijin yang kami sampaikan terlalu mepet, sementara seharusnya sudah dimasukkan maksimal 10 hari sbelum kegiatan. Sedangkan kami tahu berdasarkan peraturan, permohonan ijin bisa diajukan 3 hari sebelum kegiatan,” sesalnya.

Pihaknya juga membantah adanya simbol-simbol separatisme, seperti bendera bintang kejora sebagaimana yang disangkakan pemerintah selama ini.

“Jadi kalau kepolisian menganggap ada simbol-simbol itu, maka harus ada buktinya karena ini bicara soal hukum,” tegas Roy.

Sementara terpisah, dalam keterangan persnya, Kepala Biro Operasional (Karo Ops) Polda DIY, Bambang Pristiwanto mengklaim bahwa pihaknya sengaja mengamankan rangkaan kegiatan tersebut dengan back up dari Polda dIY karena disinyalir, aksi mereka berbau separatis, dengan mengusung simbol2 bendera bintang kejora.

“Maka kami tidak mengizinkan itu keluar,” ucapnya, di Mapolresta Yogyakarta.

Pihaknya mengaku juga sempat melakukan sweeping untuk mewaspada adanya simbol-simbol tersebut.

“Bukti-bukti separatis saat kejadian memang tidak ada dan kami tidak melakukan pemeriksaan ke dalam,” imbuhnya. (Rep-03/Ed-03)

Pos terkait