UMY Kirim Mahasiswa ke 4 Daerah Terluar Indonesia

Ilustrasi (umy.ac.id)

BANTUL (kabarkota.com) – Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada tahun 2016 ini kembali mengirim 99 mahasiswanya ke empat Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) Indonesia, melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Bacaan Lainnya

Wakil Rektor I UMY, Gunawan Budiyanto mengungkapkan bahwa daerah 3T ini merupakan wilayah yang masih rawan permasalahan sosial. Terutama masalah perbatasan, sulitnya akses, hingga sulitnya persediaan air.

Menurutnya, empat daerah yang dimaksud adalah Kecamatan Nunukan, Sebatik, Kalimantan Utara; Kecamatan Sembalun, Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat); Kecamatan Sambi Rampas, Manggarai Timur (Nusa Tenggara Timur); dan Kecamatan Kokoda, Sorong, Papua.

Dari total 99 mahasiswa itu, 25 mahasiswa ditempatkan di Sebatik, 27 di Kecamatan Sembalun, NTB, 27 di Kec. Sambi Rampas NTT, dan 20 mahasiswa lainnya di Kecamatan Kokoda, Sorong.

Gunawan menambahkan, para mahasiswa peserta KKN tersebut diitugaskan selama 2 hingga 3 bulan. “Berbeda dengan KKN reguler yang hanya KKN selama 1 bulan. Tugas mereka otomatis lebih berat daripada mahasiswa lainnya yang ikut KKN reguler,” ujar Gunawan, seperti dikutip laman UMY, baru-baru ini.

Dengan keberagaman latar belakang mahasiswa, Gunawan berharap program-program bantu yang dilakukan selama KKN dapat lebih menuai hasil. “Program-program bantunya contohnya yang di Sebatik akan berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai Warga Negara Indonesia. Karena letak Sebatik berbatasan dengan Malaysia dan penggunaan mata uang Ringgit umum dilakukan, maka mahasiswa perlu membantu masyarakat lagi untuk meningkatkan ke-WNI-annya. Kalau yang di NTB, program pendukungnya akan terkait pengolahan produk hasil pertanian dan juga meningkatkan potensi pariwisata lokal,” jelas Gunawan.

Sementara untuk program pendukung di derah Sambi Rampas, NTT akan berfokus pada masalah kekeringan. Bagaimana mahasiswa dan masyarakat setempat agar bisa mengatasi masalah kekeringan yang melanda daerah tersebut.

“Kemudian untuk di daerah Kokoda, Sorong, Papua, program pendukungnya adalah meningkatkan keterampilan teknis pertanian masyarakat setempat,” imbuhnya. (Rep-03/Ed-03)

Pos terkait