Suasana di Kampung Ramadan Jogokariyan Yogyakarta (dok. fb Masjid Jogokariyan Yogyakarta).
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Mantri Pamong Praja Kemantren Mantrijeron Kota Yogyakarta, Affrio Sunarno memperingatkan takmir Masjid Jogokariyan Yogyakarta terkait pembagian takjil jelang buka puasa di masjid tersebut.
Dalam surat dari Kemantren Mantrijeron tertanggal 16 April 2021 tersebut, penanggung-jawab kegiatan Ramadan atau takmir Masjid Jogokariyan diminta mengatur pembagian takjil, dengan melakukan pembatasan sehingga tidak menimbulkan kerumunan di dalam maupun halaman masjid.
Imbauan tersebut disampaikan menyusul pelaksanaan Pasar Sore Kampung Ramadan Masjid Jogokariyan yang dibuka sejak awal bulan puasa 2021 ini. Sekaligus mempertimbangkan situasi di lapangan yang memperlihatkan terjadinya kerumunan di depan dan dalam masjid.
Sementara berdasarkan kesepakatan rapat antara takmir masjid, Polsek, dan Koramil setempat yang digelar sebelum pelaksanaan pasar sore Ramadan, sebenarnya telah menyepakati sejumlah hal menyangkut pembatasan. Diantaranya, jumlah lapak hanya 50 persen dari 356. JArak antarlapak minimum 2.5 meter, lalu-lintas dibuat searah khusus untuk kendaraan roda dua, dan penjagaan dilengkapi thermo gun, serta akses perempatan masjid ke utara dan selatan hanya diperbolehkakan untuk keluar.
Namun dalam pelaksanaannya, kerumunan mulai terjadi di masjid sejak pukul 17.00 WIB karena ada antrean pembagian takjil, serta salat magrib berjamaah. Sementara situasi di lapak-lapak relatif tidak ada kerumunan karena para pembeli membawa pulang makanan dan minuman mereka.
Oleh karenanya, pihak takmir masjid Jogokariyan memutuskan jumlah takjil dikurangi dari 3 ribu boks menjadi 2 ribu boks, dan hanya dibagikan kepada jamaah yang sudah duduk di dalam dan di halaman masjid.
Sementara yang tidak kebagian tempat duduk dan mendapatkan takjil, maka harus dibawa pulang. Panitia juga menyediakan tambahan fasilitas hand sanitizer dan akses masuk masjid.
Sedangkan untuk masyarakat, pihak pemerintah setempat juga mengimbau agar masyarakat menahan diri dengan tidak hadir di pasar sore pada malam Minggu, agar tak membahayakan diri sendiri di tengah kerumunan saat pandemi Covid-19 belum berakhir.
Sebelumnya, Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menyampaikan bahwa selama 9 minggu terakhir, kasus Covid-19 di kota Yogya tidak naik atau pun turun. Artinya, jumlahnya relatif stabil, yakni 150-an kasus baru per minggu.
Jumlah RT yang masuk kategori zona hijau di Kota Yogya juga mencapai 95.46%, dan zona kuning 4.54%/
“Tren ini menunjukkan semakin menghijau. Dengan kata lain, kasus yang terjadi di rumah-rumah di wilayah RT/RW tidak banyak,” anggap Heroe dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (16/4/2021).
Lebih lanjut, Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta ini mengaku, pihaknya akan memperkuat monitoring potensi terjadinya kerumunan, dan aktifitas di masyarakat, di masing-masing RT/RW.
“Ada pasar Ramadan yang menjadi perhatian karena masih belum bisa mengatasi kerumunan. Artinya meskipun panitia sudah mencoba, tetapi pada kenyataannya masih menimbulkan kerumunan sehingga perlu evaluasi dan pengetatan,” tegasnya.
Guna mengatasi hal tersebut, Pemkot Yogyakarta menawarkan beberapa opsi. Misalnya, pembatasan hari buka seminggu hanya 3 kali, atau pun pembatasan jumlah pengunjung, dengan menutup sejumlah arus jalan yang berpotensi menjadi titik kerumunan.
“Minggu ini sedang kami evaluasi, dan akan segera diterapkan kebijakan pengetatan yang memungkinkan guna mencegah kerumunan,” ucapnya. (Rep-01)