YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Keberhasilan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini menutup kawasan Dolly baru-baru ini, sempat mengundang decak kagum banyak pihak. Meski pun ada juga sebagian kalangan yang tidak suka dengan langkah orang nomor satu Kota Surabaya ini.
Ditanya kabarkota.com tentang kunci di balik kesuksesannya menutup kawasan prostitusi kenamaan tersebut, Risma mengaku upaya tersebut tidak dilakukannya dengan serta-merta.
“Saya merencanakan penutupan itu hampir tiga tahun. Bagaimana melakukan transformasi alih profesi mereka,” jelas Risma kepada wartawan usai memberikan kuliah umum mahasiswa baru, di Yogyakarta.
Risma juga menceritakan, berbagai persoalan yang muncul di Dolly sehingga mendorongnya untuk melakukan penutupan tersebut. Di lokalisasi itu jika didalami, kata Risma, tidak hanya persoalan prostitusi, tetapi juga ada praktek-praktek rentenir dan kerja paksa. Bahkan ia mengisahkan, ada seorang PSK yang sakit dan tidak ada yang mempedulikannya.
“Bagi saya, dia juga manusia yang mempunyai hak. oleh karenanya, saya justru ingin mengangkat mereka dari sana,” tegas Risma berkaca-kaca.
Menurut Risma, langkah yang dia tempuh selama ini sebenarnya bukan penutupan gang Dolly, melainkan transformasi pekerjaan warga di kawasan tersebut, dari satu tempat ke tempat lain yang lebih baik. Sebagai upaya transformasi profesi itu, pihaknya telah memberdayakan warga Dolly, dengan mengangkat sebagian dari mereka sebagai anggota linmas yang mendapatkan penghasilan di atas Rp 1 juta per bulan. Sementara untuk para perempuannya, dilatih membuat souvenir, menjahit, memasak, dan juga membuat telur asin sehingga mampu membuka usaha secara mandiri.
“Sekarang mereka justru kewalahan melayani pesanan,” ucap perempuan ini bangga.
Sedangkan untuk anak-anak, Risma menjamin agar mereka bisa sekolah di SMP dan SMA negeri. Pemkot Surabaya juga memfasilitasi seragam, buku, tas, serta sepatu gratis bagi mereka. Tujuannya, agar pihaknya bisa mengontrol mereka ke depan.
“Saya bercita-cita suatu saat anak-anak di kawasan Dolly bangga, karena bukan lagi sebagai anak PSK atau pun mucikari, tetapi anak yang berprestasi,” harap Risma.
Pihaknya juga yakin, dalam sekitar satu tahun sisa kepemimpinannya, persoalan Dolly ini akan teratasi secara keseluruhan. (tri/dee)