Dewan peneliti Puspar UGM, Baiquni dalam Seminar tentang Pariwisata di Auditorium FIB UGM, Sabtu (19/3/2016). (sutriyati/kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Ditetapkannya kawasan karst Gunung Sewu di Gunung Kidul, DIY sebagai Global Geopark Network oleh Unesco pada September 2015 lalu, tidak otomatis memberikan angin segar untuk pengembangan pariwisata di wilayah tersebut.
Dewan Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, Baiquni mengungkapkan, jika tak terkelola dengan baik, bukan tidak mungkin dalam jangka waktu tertentu, predikat world geopark network itu bisa dicabut, sebagaimana yang terjadi di kawasan Gunung Batur Bali yang saat ini sudah mendapatkan warning karena kerusakan lingkungan dan infrastruktur di sekitarnya akibat penambangan pasir.
“Itu menjadi tugas kita untuk mengelolanya dengan baik, sekaligus melestarikan alamnya sehingga tidak rusak, serta memberi kesejahteraan bagi masyarakat sekitar,” kata Baiquni kepada wartawan di FIB UGM, Sabtu (19/3/2016).
Namun karena kawasan geopark tersebut tidak hanya berada di wilayah Gunung Kidul, tetapi juga mencakup Wonogiri (Jawa Tengah) hingga Pacitan (Jawa Timur) maka sinergi antar pemerintah daerah menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Terutama dalam pengembangan pariwisatanya.
Tak kalah penting dari itu, lanjut Baiquni, memberikan edukasi dan menumbuhkan sadar wisata bagi SDM-SDM yang akan mengelola obyek tersebut juga menjadi hal yang tak bisa dilepaskan.
“Perlu keterpaduan antara pemerintah, perguruan tinggi, pelaku bisnis dan masyarakat, termasuk investor dalam negeri,” sebutnya. (Rep-03/Ed-03)